Dari Abi Dzar al-Ghifary radhiyallahu 'anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Oleh: Zulfi Syafriadi B.A, LL.B
اتَّـقِ
اللهَ حَيْثُ مـَا كُنْتَ وَأَتْبِـعِ السَّـيِّأَةَ الحَسَنَةَ
تَمْحُهَـا وَخَـالِقِ النَّاسَ بِخُلُـقٍ حَسَـنٍ (رواه الترمذي)
Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan satu kelebihan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
melebihi batas kapasitas orang-orang biasa, pun mereka memiliki
kehebatan dalam berbicara dan berorasi ataupun penulis yang telah
dikenal dengan kepiawaiannya bermain kata. Kelebihan Jawami'ul kalim
yang hanya dimiliki oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kalimat yang sedikit namun memiliki cakupan luas. Itulah pelajaran yang akan kita petik dari hadits singkat di atas.
Jika
kita lihat hadits tadi, ada tiga hal yang dapat kita petik darinya.
Cakupan itu menjelaskan universalitas Islam, cakupan yang melingkupi
seluruh dimensi kehidupan personal dan majemuk, dimensi bumi maupun
langit, aspek ibadah kepaa Allah secara khusus maupun mu'amalah sesama
manusia. Garis itu membentang horizontal ke arah sesama (makkhluk) dan
garis vertikal kepada sang Khaliq; Allah Subhanahu wa ta'ala. Kewajiban yang harus kita penuhi kepada Allah dan hak orang lain yang juga tak kalah pentingnya dan harus kita penuhi.
Pertama,
اتَّـقِ اللهَ حَيْثُ مـَا كُنْتَ
"Bertaqwalah kalian kepada Allah di manapun kalian berada"
Shahabat Ali Karramallahu wajhahu mendefinisikan taqwa sebagai:
1. الخَوْفُ مِنَ الجَلِيْل : Rasa takut seorang hamba kepada Allah.
2. العَمَلُ بِالـتَّنْزِيْل : Ketundukan untuk beramal dengan apa yang Allah turunkan berupa Al Quran maupun hadits Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
3. القَنَـاعَةُ بِالقَلِـيْل : Merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan walaupun 'sedikit'.
4. الإسْـتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْل : Bersiap-siap untuk melakukan perjalanan jauh menuju kampung akhirat.
Suatu ketika Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu juga
ditanya tentang taqwa maka kata beliau: taqwa itu ibarat engaku
berjalan di atas jalan yang berduri, maka engkau akan berjingkat dan
berhati-hati agar kakimu tak terluka dengan duri-duri itu. Itulah taqwa,
sebagai bentuk kehati-hatian dan rasa takut seorang hamba agar
menjauhkan diri dari duri-duri yang melukai kaki untuk melakukan
perjalanan ke negeri akhir, mengerjakan apa yang telah Allah syariatkan
dengan berpedoman dengan Al Quran dan Sunah Rasulullah Shallallahu 'alahihi wa sallam.
Inilah
kewajiban yang harus kita penuhi kepada Allah; Maha Pencipta dan
Pengatur serta Pengendali segala urusan makhluk-makhlukNya yang
ubun-ubun mereka berada dalam genggamanNya.
Kewajiban kedua adalah bentuk perintah untuk mengiringi keburukan dengan amal-amal kebaikan.
وَأَتْبِـعِ السَّـيِّأَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَـا
"…dan iringilah keburukanmu dengan amal kebaikan, niscaya kebaikanmu akan menghapus keburukan itu ..."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah bermaksud memberi celah selebar-lebarnya agar berbuat dosa sekehendak kita, toh ada
banyak amal-amal kebaikan yang dapat menghapus keburukan apapun yang
kita lakukan. Akan tetapi Allah membentangkan rahmatNya sebagai motivasi
bagi hamba-hambaNya untuk menanam benih sebanyak mungkin sebagai bekal
di kehidupan setelah kematian. Karena seorang mukmin todak mungkin
mempermainkan Allah dengan bertaubat dan mengulang untuk melakukan
perbuatan dosanya. Namun hadits itu juga tidak menafikan adanya
penghapusan dosa dengan amalan shalih yang kita lakukan. Allah memberi
ampunan seluas-luasnya dengan memperbanyak istighfar, usaha untuk
meninggalkan kemaksiatan, dengan taqwa yang juga Allah singgung dalam Al
Quran:


"Wahai
orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan
hendaklah berkata dengan perkataan yang benar (jujur), niscaya Allah
akan memperbaiki amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan
barangsiapa taat kepada Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia
memperoleh kemenangan yang besar" (Al-Ahzab: 70-71)
Kemudian yang terakhir adalah hak orang lain yang harus kita penuhi dengan bermuamalah sebaik-baiknya kepada mereka.
وَخَـالِقِ النَّاسَ بِخُلُـقٍ حَسَـنٍ
"… dan hendaklah bergaul dengan orang lain dengan akhlak yang baik". Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga ditanya tentang sebab banyak manusia masuk surga. Maka bellaiu menjawab, "Taqwa kepada Allah dan memperbaiki akhlaq". (HR. Ahmad).
Itulah
Islam. Keindahannya menembus batas territorial Negara, menembus ras dan
tidak mempedulikan muslim maupun kafir. Selama mereka menyandang 'gelar
manusia', maka mereka memiliki hak atas kita yang harus kita tunaikan
dengan memiliki batasan-batasan toleransi tentunya.
Karena selama sarang lebah tidak diusik, maka lebahpun tak akan pernah mengentup.
Wallahu a'lam bisshawab.
No comments:
Post a Comment