Bacalah wahyu dengan Akal dan hukumilah akal dengan Wahyu-Muhammad Imarah
Tanpa
bermaksud untuk berapologi ria dengan kejayaan masa lalu umat Islam,
mari sejenak kita menoleh kepada lembaran-lembaran sejarah silam dimana
disitu tertoreh peradaban Islam yang gemilang. Bukan hanya karena
luasnya wilayah pemerintahan namun juga diiringi dengan sumbangan
berharga kepada peradaban manusia yang menurut Seyyed Hossein Nasr
mencakup segala bidang ilmu pengetahuan. Sungguh diluar jangkauan nalar
logis manusia, sebuah peradaban yang gemilang bisa muncul dari tengah
gurun pasir yang gersang yang penduduknya dikenal dengan kebengisannya.
Peradaban tersebut tidak hanya mengangkat bangsa Arab namun juga menjadi
sumber inspirasi perkembangan dunia kontemporer.
Kenyataan tersebut membuat geram para musuh Islam, sehingga mereka menggunakan berbagai cara untuk memutar balikkan fakta dari yang paling santun hingga yang brutal dan kasar. Maka tidak heran apabila kajian orientalis pada awal mulanya bertaburan dengan nada sinis dan garang dalam menggambarkan Islam. Namun bagaimanapun juga kebenaran mustahil untuk ditutupi sehingga perlahan namun pasti ada pergeseran opini mengenai Islam. Sehingga tak jarang para orientalis tersebut pada akhirnya dengan bangga menyatakan keislamannya. Munculnya berbagai karangan dan penelitian yang objektif terhadap Islam merupakan bukti signifikan atas pergeseran tersebut. Dipenghujung abad dua puluh kajian-kajian Islam yang objektif bermunculan bahkan menyerahkan kelanjutannya kepada para cendekiawan muslim.
Memang
Allah telah berjanji akan keunggulan kebenaran atas kebatilan, namun
bukan berarti kita serta merta lupa diri. Masih banyak yang harus kita
perbuat untuk mewujudkan janji tersebut. Kenyataan bahwa umat Islam
merupakan umat yang paling terbelakang saat ini harus diakui. Kita mampu
bangkit bila kita menyadari keunggulan ajaran-ajaran Islam.
Luka
yang ditimbulkan sistem kapitalisme yang dahulu dipuja-puja terbukti
tidak bisa menjadi solusi krisis kemanusiaan, sosialisme dan komunisme
yang digaungkan sebagai alternatif pengganti, tak jauh lebih baik bahkan
punya dampak yang lebih buruk, nah sekarang mampukah kini kita
menawarkan Islam sebagai solusi final? sebelum menjawabnya muncul
pertanyaan, bagaimana bisa kita mengajukan Islam sebagai alternatif
sedangkan kita umatnya tidak yakin dengan Islam? Sejarah membuktikan
bagaimana Islam sebagai ajaran baru waktu itu yang selalu dicemooh dan
dimusuhi oleh para bangsawan arab, pemeluknya disiksa bahkan dibunuh
namun kemudian berubah menjadi alternatif dan solusi dari segala
keruwetan dan dekadensi moral arab jahilyah masa itu bahkan setelah
Islam menyebar keberbagai wilayah semakin jelas wujud kontribusi Islam
sebagai solusi krisis peradaban waktu itu.
Sudah saatnya kita menyodorkan Islam sebagai alternatif. Namun
hal tersebut tidak akan pernah terwujud tanpa usaha yang proporsional
dalam menggali 'nilai lebih' ajarannya, mengangkatnya dalam realitas dan
menawarkannya kepada umat manusia. Nilai-nilai tersebut akan kita
dapatkan dengan membaca dan mempelajari Al-qur'an. Seorang orientalis
James A Minchener perah menulis "the qur'an is probably the most often read book in the world"
kegairahan membaca Al-qur'an bagi umat Islam sangatlah baik. Banyaknya
sistem pembelajaran membaca Al-qur'an, perlombaan membaca Al-qur'an dan
kompetisi tahfidz qur'an semakin membenarkan tesis Michener tadi.
Namun ada satu hal penting yang perlu diingat, fungsi Al quran bukan
hanya sekedar 'bacaan' (meski tidak dipungkiri membacanya merupakan
ibadah). Al quran sendiri telah menjelaskan secara gamblang bahwa ia
juga berfungsi sebagai al-furqan (pembeda yang baik dan buruk) al dzikr (peringatan) al huda
(petunjuk) dan lainnya. Untuk mencapai fungsi tersebut tidak cukup
sekedar bacaan yang indah dan mendayu-dayu tetapi juga membutuhkan
kemampuan untuk memahami isinya, menangkap isyarat, tafsir dan makna
metaforisnya. Disini kekuatan logika dan berbagai disiplin ilmu
dibutuhkan guna mengangkat nilai lebih yang terkandung dalam Al quran.
Bukankah pernemuan-penemuan menakjubkan para ulama klasik kita bermula
dari perenungan kitab suci dengan akal?
Inilah
tugas terpenting. Bisa saja kita meneriakkan kebangkitan Islam tapi
bila tanpa disertai kesiapan diri dalam menawarkan ajaran Islam yang
kita petik dari Al qur'an sebagai solusi, usaha kita akan sia-sia.
Kemudian
tradisi klasik umat Islam dalam mencari ilmu harus kembali dihidupkan.
Ilmu harus dihargai lebih dari apapun. Ulama harus diletakkan pada
posisinya. Pemimpin haruslah dipilih atas dasar ilmunya bukan harta atu
pangkatnya karena apabila kepemimpinan diserahkan kepada sosok yang
jahil dan munafiq maka kemurnian Islam akan ternoda.
Mari berintrospeksi, saat ini dimana-mana bisa kita dengar lantunan
ayat-ayat suci disetiap ruang, akan tetapi apa yang bisa kita petik
dari bacaan itu? Bisa saja seminggu kita khatam berkali-kali dan
mendapat pahala yang berlipat darinya. Tapi akan jauh lebih baik jika
kita mampu menangkap maknanya sehingga kita bisa merenungi isi dan
kegunaannya dan kemudian mengamalkannya.
Konon Rasulullah sholallahu alaihi salam
sering meminta Abdullah ibn Mas'ud untuk membaca Al quran dihadapan
beliau. Tapi sebelum selesai bacaan tiap ayatnya air mata sudah mengalir
dari mata beliau. Karena beliau mampu menangkap makna dan kandungan
dari ayat-ayat yang dibaca tersebut. Beliau bersyukur dan bangga karena
dirinya dan umatnya dikaruniai Allah subhanahu wa ta ‘alaa kitab yang sarat dengan ajaran dan pengetahuan untuk menuju kebahagiaan yang abadi dunia akhirat.
Segala
bentuk ilmu merupakan ilmu Allah dan ilmu bukanlah sekedar ilmu agama,
karena Al quran pun mengakuinya, ia tidak hanya berisi ajaran-ajaran
bagaimana menghadapi hidup diakhirat, namun juga berbagai ajaran dan
tuntunan untuk hidup di dunia. Tak salah kalau kita merenungi tulisan
H.R. Gibb dalam whiter Islam yang berbunyi " Islam is indeed much more than a system theology but it is complete civilization"
Sekali
lagi marilah kita membaca Al Quran yang bukan sekedar membaca, tapi
membaca dan juga mengambil nilainya dan kemudian mengamalkannya. Untuk
mewujudkan hal tersebut memang berat, namun dengan usaha yang maksimal
dan kemudian menyerahkannya kepada Allah, niscaya kebangkitan Islam akan
bisa terwujud. Naqrau al Naqla bi al aqly wan Nahkumu al aqla bi al Naqly
Albi H I/141 031010
Oleh: Hamdan Maghribi
No comments:
Post a Comment