Sunday 23 December 2012

Penutupan Sementara Kegiatan LTQ



Menjelang musim ujian akhir semester kampus IIU Islamabad yang akan datang di awal bulan Januari. Maka kegiatan rutin Lembaga Tahfizh Al Qur’an Ibnu Abbas Pakistan yang diadakan tiap pekan pada hari jum’at, untuk sementara diliburkan. Tujuan penutupan sementara kegiatan adalah agar anggota dapat memfokuskan diri untuk menghadapi ujian. Acara penutupan bertempat di masjid hostel 3, new campus IIU, Islamabad. Dimulai setelah sholat maghrib, acara dihadiri oleh dua belas anggota.

Wednesday 12 December 2012

Profil Singkat Lembaga Tahfizh Al Qur'an (LTQ) Ibnu Abbas Islamabad Pakistan




  Ta’aruf
Berawal dari keinginan dan tujuan bersama serta semangat rekan-rekan untuk menghafal dan mengulang hafalan Al Quran yang pernah mereka miliki, biidznillah dengan kekompakan tujuh mahasiswa menyepakati untuk membentuk satu halaqoh kecil di mana mereka memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut.
Pada 1 Oktober 2009 terbentuk halaqoh Tahfizh Al Quran tanpa memilki nama yang terdiri dari tujuh orang : Mansur Taswin, Zulfi Safriyadhi, Hifni Muzamminil Hasba (rahimahullah), Asmin Sabil, Emha Hasan Saifullah, Muhammad Irfan Abdul Aziz, dan Retno Pujiono.
Pada pertemuan pertama diputuskan untuk memilih Musyrif (pembina/penasihat) sekaligus Mudir (Koordinator Umum) untuk mengkoordinasi program kerja agar tetap berjalan, serta point penting lain, yaitu mengadakan tasmi’ dan muraja’ah juzziyyah (mengulang hafalan satu juz ‘sekali duduk’) sebagai agenda mingguan dan bulanan juga target hafalan yang harus dipenuhi setiap bulannya. Motto slow but sure menjadi landasan para anggota, mengingat kesibukan mereka; baik dalam dunia akademi maupun organisasi, namun tidak mengurangi semangat dan azzam para anggota dalam halaqoh ini.
Seiring waktu berjalan, anggota halaqoh makin bertambah dan usulan demi usulan mulai banyak masuk ke ”meja koordinator” untuk menuju ke arah perbaikan dan kebaikan, kemudian diusulkanlah nama halaqoh tahfizh menjadi Halaqoh Tahfizh Ibnu Abbas dengan merujuk salah seorang nama Shahabat yang dikenal sebagai hibrul ummah (ulamanya ummat ini), mufassir besar sepanjang zaman, dan pemilik madrasah Al Quran pada masanya t, berkat doa Rasulullah r,
اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ
“Ya Allah, berilah pemahaman agama kepadanya, dan berikan kepadanya ilmu ta’wil (tafsir Al Quran)”.
Tanggal 2 Sya’ban 1431 H (14 Juli 2010), Halaqoh Tahfizh Ibnu Abbas mengadakan musyawarah untuk pertama kalinya untuk menerima usulan dari seluruh anggota yang akhirnya melahirkan visi dan misi serta point-point program untuk menunjang tujuan yang sudah diletakkan di awal. Saat itulah muncul masukan baru untuk merubah nama menjadi Lembaga Tahfizh Al-Quran (LTQ) Ibnu Abbas, Islamabad.
Saat ini, LTQ Ibnu Abbas memiliki anggota sebanyak 19 orang dengan latar belakang organisasi dan fakultas yang berbeda. Dengan adanya satu visi dan misi bersama, maka perbedaan latar belakang tadi luntur ketika masuk dalam lingkaran lembaga yang berorientasi pembentukan generasi Qurani ini. Adanya tujuan bersama itu pula, maka semua anggota berkumpul dan membentuk satu wadah di mana masing-masing personal berlomba-lomba dalam menghafal dan menggalakkan semangat bersama untuk berinteraksi dengan Al Quran secara intensif.
   Seputar LTQ Ibnu Abbas:
1.        Nama Lembaga
Lembaga Tahfizh Al Quran (LTQ) Ibnu Abbas Islamabad
2.        Tanggal dibentuk
2 Sya’ban 1431 H bertepatan 14 Juli 2010 pada musyawarah pertama
3.        Motto
الحياة في ظلال القرآن نعمة لايعرفها إلامن ذاقها                                                                                                       
“Hidup di bawah naungan Al-Quran adalah sebuah nikmat, yang tidak akan diketahui kecuali oleh siapa yang merasakannya”
4.        Visi
Membentuk generasi Rabbani Qurani yang berakhlaqul karimah (QS. Ali Imraan : 79)
5.        Misi
-          Mendirikan Lembaga Tahfizh Al-Quran dan menjalankan serta mengembangkan metode yang efektif.
-          Mensyiarkan nilai-nilai Al-Quran bagi anggota dan lingkungan sekitar
6.        Struktur Pengurus
a.       Koordinator Umum                : Zulfi Safriyadhi
b.      Mas’ul Tahfizh                        : Azhar Nurachman
c.       Mas’ul Idari dan Buletin         : Irsyadul Hakim
d.      Mas'ul I'lam (informasi)           : Rosyid Ridho
e.       Mas’ul Keuangan                   : Dzulhijatil Khoriv
7.        Program Kerja
i.      Tasmi’ Partner (berpasangan)
Setiap anggota memiliki pasangan untuk menyetor hafalan (tasmi’) setiap pekannya. Adapun target yang dipenuhi oleh setiap anggota adalah 1 juz 2 bulan, atau minimal empat juz selama satu tahun (dengan dipotong waktu libur untuk ujian).
ii.    Tasmi’ Dauri (bergilir)
Pada setiap pertemuan, satu orang membaca seperempat Juz yang didengarkan oleh seluruh anggota dan mengoreksi jika ada kesalahan (baik hafalan maupun tajwidnya). Cara ini dilakukan untuk melekatkan hafalan Al-Quran dan memperbaiki bacaan jika ada kesalahan dalam makharijul huruf.
iii.  Istimraarul Ayat (melanjutkan ayat)
Dalam halaqoh, satu orang membaca potongan ayat, kemudian pasangan yang sudah ditentukan, melanjutkan ayat yang sudah dibaca oleh pasangannya. Kelebihan metode ini adalah untuk memastikan kelancaran hafalan yang sudah disetorkan.
iv.    Imtihaan Juz-iy (ujian satu juz)
Setiap anggota yang sudah menyelesaikan hafalan satu juz, diharapkan mampu melewati ujian satu juz di depan 10 penguji. Caranya, masing-masing penguji memberikan potongan ayat, kemudian anggota yang diuji melanjutkan ayat yang dibacakan oleh semua penguji.
v.      Muraja’ah Juziyyah.
Setiap anggota wajib menghafal satu juz sekali duduk dengan diperdengarkan kepada anggota yang lain. Kegiatan ini diadakan setiap dua bulan sekali dengan menginap satu malam di masjid atau rumah sekitar kampus. Hal ini dimaksudkan supaya hafalan yang sudah disiapkan satu juz tersebut tidak mudah hilang.
vi.      Kultum dari setiap anggota pada tiap pertemuan.
Tausiyah juga disampaikan oleh asatidzah pada setiap kegiatan muraja’ah juziyah.
vii.    Menerbitkan buletin bulanan (Buletin Hadza Al-Kitab).
Tulisan yang dipublikasikan adalah kontribusi Ustadz-ustadz atau pengajar di IIU, anggota LTQ, mahasiswa atau mahasiswi dan siapapun yang ingin memberikan sumbangsih berupa tulisan kepada redaksi Hadzal Kitab.

Semoga Allah I memudahkan kita atas setiap langkah menuju kebaikan dan ridho-Nya. Amin.  
Fa nastamiddu minallahi al-‘auna wa at-taufiq.

Blog : ibbaspakistan.blogspot.com
Email : ltqibbaspakistan@gmail.com

Obor Penerang Kegelapan



Adakalanya manusia lupa dan berbuat khilaf, adakalanya pula manusia berbuat dosa, karena memang manusia adalah makhluk yang tidak bisa lepas dari kesemuanya, dan memang setiap anak Adam ‘Alaihis Salam adalah pasti pernah berbuat kesalahan, akan tetapi sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang mau untuk bertaubat. Boleh jadi pada pagi harinya seorang muslim melakukan perbuatan yang baik, akan tetapi tidak melepas kemungkinan pada sore harinya ia sudah melakukan perbuatan yang menyimpang, menggibah lah, menyakiti hati orang lain lah, ataupun perbuatan-perbuatan tercela lainnya .Oleh karena itu islam dengan kesempurnaan ajarannya, telah memberikan solusi atau jalan keluar untuk mengantisipasi semuanya  ini, karena islam memang ajaran, pedoman, dan tatanan hidup yang langsung di  buat oleh yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

Panduan Ringkas Sholat Ied



Hari raya Ied merupakan hari yang kedatangannya dinanti oleh kaum muslimin. Hari yang diharamkan pada waktu itu untuk berpuasa dan hari yang diperbolehkan bagi kaum muslimin bergembira dengan menikmati berbagai jenis makanan dan minuman yang tersedia.
Hari raya umat Islam ini pertama kali disyari’atkan ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang ke kota Madinah, dalam keadaan mereka memiliki dua hari raya yang mereka bermain-main pada dua hari tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya : “Hari apakah ini?” Mereka menjawab : “Ini adalah dua hari yang kami suka bermain-main padanya di jaman jahiliyah”. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Sungguh Allah Azza wa Jalla telah menggantikan kalian dengan yang lebih baik darinya, yaitu idul fitri dan idul adha”.  (HR. Ahmad, Abu Dawud, dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu )

Amalan Utama Bulan Dzulhijah



Bulan Dzulhijjah, memiliki keutamaan dan keagungan yang Allah berikan dibanding bulan-bulan yang lain. Bulan Dzulhijjah disebutkan dalam Al Quran setelah didahului sumpah dan Allah tidak akan bersumpah dengan nama makhluk kecuali dengan sesuatu yang agung.
Allah berfirman :
والفجــر. وليـــال عشر
“Demi (waktu) fajar. Dan malam yang sepuluh”. (Al-Fajr: 1-2)
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai makna ‘malam yang sepuluh’. Ada yang berpendapat sepuluh terakhir bulan Ramadhan, sepuluh yang pertama bulan Muharram, dan sepuluh pertama bulan Dzulhijjah.

Bukan Sekedar "Bacaan" Biasa

Bacalah wahyu dengan Akal dan hukumilah akal dengan Wahyu-Muhammad Imarah


Tanpa bermaksud untuk berapologi ria dengan kejayaan masa lalu umat Islam, mari sejenak kita menoleh kepada lembaran-lembaran sejarah silam dimana disitu tertoreh peradaban Islam yang gemilang. Bukan hanya karena luasnya wilayah pemerintahan namun juga diiringi dengan sumbangan berharga kepada peradaban manusia yang menurut Seyyed Hossein Nasr mencakup segala bidang ilmu pengetahuan. Sungguh diluar jangkauan nalar logis manusia, sebuah peradaban yang gemilang bisa muncul dari tengah gurun pasir yang gersang yang penduduknya dikenal dengan kebengisannya. Peradaban tersebut tidak hanya mengangkat bangsa Arab namun juga menjadi sumber inspirasi perkembangan dunia kontemporer.

Keseimbangan Garis Vertikal Dan Horizontal

Dari Abi Dzar al-Ghifary radhiyallahu 'anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

اتَّـقِ اللهَ حَيْثُ مـَا كُنْتَ وَأَتْبِـعِ السَّـيِّأَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَـا وَخَـالِقِ النَّاسَ بِخُلُـقٍ حَسَـنٍ (رواه الترمذي)

Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan satu kelebihan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, melebihi batas kapasitas orang-orang biasa, pun mereka memiliki kehebatan dalam berbicara dan berorasi ataupun penulis yang telah dikenal dengan kepiawaiannya bermain kata. Kelebihan Jawami'ul kalim yang hanya dimiliki oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kalimat yang sedikit namun memiliki cakupan luas. Itulah pelajaran yang akan kita petik dari hadits singkat di atas.



Jika kita lihat hadits tadi, ada tiga hal yang dapat kita petik darinya. Cakupan itu menjelaskan universalitas Islam, cakupan yang melingkupi seluruh dimensi kehidupan personal dan majemuk, dimensi bumi maupun langit, aspek ibadah kepaa Allah secara khusus maupun mu'amalah sesama manusia. Garis itu membentang horizontal ke arah sesama (makkhluk) dan garis vertikal kepada sang Khaliq; Allah Subhanahu wa ta'ala. Kewajiban yang harus kita penuhi kepada Allah dan hak orang lain yang juga tak kalah pentingnya dan harus kita penuhi.
Pertama,
اتَّـقِ اللهَ حَيْثُ مـَا كُنْتَ

"Bertaqwalah kalian kepada Allah di manapun kalian berada"
Shahabat Ali Karramallahu wajhahu mendefinisikan taqwa sebagai:

1.    الخَوْفُ مِنَ الجَلِيْل    : Rasa takut seorang hamba kepada Allah.

2.    العَمَلُ بِالـتَّنْزِيْل        : Ketundukan untuk beramal dengan apa yang Allah turunkan berupa Al Quran maupun hadits Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam.


3.    القَنَـاعَةُ بِالقَلِـيْل        : Merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan walaupun 'sedikit'.

4.    الإسْـتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْل : Bersiap-siap untuk melakukan perjalanan jauh menuju kampung akhirat.


Suatu ketika Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu juga ditanya tentang taqwa maka kata beliau: taqwa itu ibarat engaku berjalan di atas jalan yang berduri, maka engkau akan berjingkat dan berhati-hati agar kakimu tak terluka dengan duri-duri itu. Itulah taqwa, sebagai bentuk kehati-hatian dan rasa takut seorang hamba agar menjauhkan diri dari duri-duri yang melukai kaki untuk melakukan perjalanan ke negeri akhir, mengerjakan apa yang telah Allah syariatkan dengan berpedoman dengan Al Quran dan Sunah Rasulullah Shallallahu 'alahihi wa sallam.

Inilah kewajiban yang harus kita penuhi kepada Allah; Maha Pencipta dan Pengatur serta Pengendali segala urusan makhluk-makhlukNya yang ubun-ubun mereka berada dalam genggamanNya.

Kewajiban kedua adalah bentuk perintah untuk mengiringi keburukan dengan amal-amal kebaikan.
وَأَتْبِـعِ السَّـيِّأَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَـا

"…dan iringilah keburukanmu dengan amal kebaikan, niscaya kebaikanmu akan menghapus keburukan itu ..."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah bermaksud memberi celah selebar-lebarnya agar berbuat dosa sekehendak kita, toh ada banyak amal-amal kebaikan yang dapat menghapus keburukan apapun yang kita lakukan. Akan tetapi Allah membentangkan rahmatNya sebagai motivasi bagi hamba-hambaNya untuk menanam benih sebanyak mungkin sebagai bekal di kehidupan setelah kematian. Karena seorang mukmin todak mungkin mempermainkan Allah dengan bertaubat dan mengulang untuk melakukan perbuatan dosanya. Namun hadits itu juga tidak menafikan adanya penghapusan dosa dengan amalan shalih yang kita lakukan. Allah memberi ampunan seluas-luasnya dengan memperbanyak istighfar, usaha untuk meninggalkan kemaksiatan, dengan taqwa yang juga Allah singgung dalam Al Quran:
"Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan hendaklah berkata dengan perkataan yang benar (jujur), niscaya Allah akan memperbaiki amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa taat kepada Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia memperoleh kemenangan yang besar" (Al-Ahzab: 70-71)

Kemudian yang terakhir adalah hak orang lain yang harus kita penuhi dengan bermuamalah sebaik-baiknya kepada mereka.
وَخَـالِقِ النَّاسَ بِخُلُـقٍ حَسَـنٍ

"… dan hendaklah bergaul dengan orang lain dengan akhlak yang baik". Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga ditanya tentang sebab banyak manusia masuk surga. Maka bellaiu menjawab, "Taqwa kepada Allah dan memperbaiki akhlaq". (HR. Ahmad).

Itulah Islam. Keindahannya menembus batas territorial Negara, menembus ras dan tidak mempedulikan muslim maupun kafir. Selama mereka menyandang 'gelar manusia', maka mereka memiliki hak atas kita yang harus kita tunaikan dengan memiliki batasan-batasan toleransi tentunya.

Karena selama sarang lebah tidak diusik, maka lebahpun tak akan pernah mengentup.
Wallahu a'lam bisshawab.

Oleh: Zulfi Syafriadi B.A, LL.B
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube