Apa yang kita pikirkan tentang Al Qur’an? Sebuah firman Allah subhanallahu wa ta’ala, yang dimu’jizatkan kepada Rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad shalallahu ’alaihi wasalam.
Sebuah kitab suci yang perwujudannya akan tetap terjaga hingga hari
kiamat atas jaminan langsung Tuhan Semesta Alam Rabbul Izzati. Maka,
keangkuhan yang kosonglah ketika seorang hamba lemah menantang akan
membuat pertandingan kosa kata dengan al Qur’an. Sebab..
Sungguh begitu indahnya untaian katanya. Sungguh begitu padatnya pesan
yang terkandung. Sungguh begitu sederhananya cara penyampaiannya
sehingga mudah dipahami. Sehingga, memang struktur kosakata-kosakata
dalam al Qur’an itu bukan tandingan bagi setiap hamba Allah yang pada
hakikatnya lemah dan tak berdaya.
Apa yang kita pikirkan tentang Al Qur’an? Sebuah kitab dengan narasi
indah itu merupakan mu’jizat terbesar Nabi Muhammad shalallahu ’alaihi wasalam. Yang jika mengacu pada istilah Ummul Mu’minin Sayyidah ’Aisyah radhiyallahu ’anha, maka al Qur’an itu merupakan akhlaq Rasulullah shalallahu ’alaihi wasalam. Maka keteladanan Rasulullah shalallahu ’alaihi wasalam
dan juga usaha untuk meneladani beliau yang merupakan konsekuensi dari
persaksian kita dalam untaian syahadat, berarti adalah hamparan narasi
al Qur’an serta perjalanan kita untuk menelusuri lembar demi lembarnya.
Melakukan kerja penelusuran pada teks-teks al Qur’an, tentu sekaligus
menjadikan diri kita yang lemah di padang keganasan alam kehidupan ini
untuk menjadi sesosok objek di hadapan al Qur’an itu sendiri. Sebab al
Qur’an itu selain diturunkan kepada Rasulullah shalallahu ’alaihi wasalam, ia juga menjadi karakter kepribadian Rasulullah shalallahu ’alaihi wasalam yang harus kita teladani, maka ia juga berarti ditujukan kepada kita.
Maka menghadaplah kepada al Qur’an. Mintalah nasehat kepadanya. Sebab
ia menyimpan banyak ragam hikmah kehidupan. Ia menyimpan seluruh alur
kehidupan untuk semua masa dan zona. Ia menyimpan simpul-simpul
permasalahan beserta kata kunci solusi baginya. Ia menyimpan hanya pada
intisari-intisari dari peristiwa-peristiwa kehidupan yang terus berulang
dari satu zaman ke zaman selanjutnya, juga dari satu tempat ke tempat
lainnya. Itu sebabnya ia dapat berbicara dan selalu aktual bagi seluruh
zaman dan seluruh teritorial dari petak kehidupan kita. Maka tidak
berlebihan, bahwa al Qur’an memang kitab yang kekal hingga akhir zaman
dan tak akan usang oleh dinamika kehidupan.
Begitulah sesungguhnya Al Qur’an itu berbicara kepada kita. Kita semua,
tak hanya Muslim, namun seluruh anak manusia yang pernah, masih dan
akan terus menghuni jagat dunia ini. Sebab peruntukan rumusan kehidupan
yang dikandungnya, memang untuk seluruh manusia. Sebab yang dikehendaki
dari hadirnya al Qur’an adalah keseimbangan kehidupan, yang tentunya
juga keseimbangan pola hidup manusianya. Itulah yang dimaksud sebagai
rahmat yang ingin dihadirkan bagi semesta.
Di dalam kaidah pembersihan jiwa, ada satu istilah yang dinamakan
Takhshish. Yaitu menyadari bahwa diri kita merupakan sasaran yang dituju
oleh setiap nash yang ada di dalam al Qur’an. Sebab kesadaran inilah
yang kemudian menggerakkan kita pada kerja-kerja mengikuti petunjuknya.
Makna pengajaran al Qur’an, makna bimbingan al Qur’an, makna tutorial al
Qur’an, dan sebagainya, itulah yang terkandung dalam istilah Takhshish.
Maka difirmankan dalam Al Qur’an: “Dan
ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu yaitu al Kitab dan al Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu
dengan apa yang diturunkan-Nya itu.” (QS. Al Baqarah : 231)
Di ayat tersebut dijelaskan bahwa kehadiran al Qur’an itu diperuntukkan
kepada kita, yang dengannya ada pengajaran Allah subhanahu wa ta’ala,
Tuhan Semesta yang begitu mengetahui seluk-beluk ciptaannya. Maka tak
heran, jika problem kehidupan yang kita alami, sesungguhnya solusi
jitunya ada pada pengajaran Allah subhanahu wa ta’ala.
Namun tak hanya ayat tadi, pada surat yang lainnya pun ada firman yang berbicara serupa. “Sesungguhnya
telah Kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat
sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”
(QS. Al Anbiya’ : 10) Nah, ayat inilah yang menegaskan begitu banyaknya
solusi untuk mengubah keterpurukan demi menuju kemuliaan itu terkandung
oleh al Qur’an.
Pengajaran, bimbingan, tutorial kehidupan bagi kita, dan makna lainnya juga tergambar dalam ayat berikut: “Dan
Kami turunkan kepadamu al Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.” (QS. An Nahl : 44)
Jadi, sungguhnya bahwa kehadiran al Qur’an itu untuk kita semua, baik
yang telah beriman ataupun belum. Sebab hadirnya al Qur’an merupakan
petunjuk untuk mengarungi samudera kehidupan ini, yang tentunya petunjuk
tersebut tidak hanya dibutuhkan oleh mu’min namun juga bagi mereka yang
belum beriman. Sebab arena kehidupan ini memang tidak hanya dihuni oleh
kaum beriman saja.
Mungkin begitulah yang bisa kita resapi dari ayat berikut: “(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Ali Imran : 138)
Ia dikatakan penerang karena memang menjadi obor petunjuk yang
dibutuhkan oleh semua manusia. Namun obor petunjuk itu hanya dapat
benar-benar menjadi petunjuk dan pembelajaran bagi orang-orang bertaqwa.
Sebab, ketaqwaanlah yang menghadirkan kerendahan hati di hadapan al
Qur’an. Sehingga langkah kita mudah tertuntun olehnya. Sehingga
aksi-aksi kita dan peran kehidupan kita dengan kelapangan hati mengikuti
alur skenarionya. Sehingga arah perjalanan hidup kita, memang sesuai
dengan narasinya. Ketundukan dan sikap berserah diri pada pengajarannya
ini tak dapat dihadirkan jika dalam jiwa kita belum muncul sikap
ketaqwaan, yaitu sebuah sikap keyakinan baik pada sumber teks itu (Allah
subhanahu wa ta’ala) maupun kepada pembawa teks itu (Rasulullah Muhammad shalallahu ’alaihi wasalam).
Sebelum menutup tulisan ini, apa sesungguhnya yang kita resapi dari dua ayat berikut: “Dan
al Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi
peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai al Qur’an (kepadanya).” (QS. Al An’am : 19)
“Dan
Kami turunkan dari al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan al Qur’an itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra’ : 82)
Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang menghampiri al Qur’an tanpa keangkuhan, dan dengan sepenuh kesadaran bahwa al Qur’an itu sedang berbicara kepada kita. Karena dengan begitu, kita akan mendapatkan tutorial kehidupan yang sangat berharga bagi kejayaan hidup kita.
No comments:
Post a Comment