(tafsir surat Ali Imron : 31)
Bicara
soal cinta bukan suatu hal yang asing bagi kita terutama kaula muda yang sedang
semangat-semangatnya mencari jodoh. Cinta adalah bagian penting dalam kehidupan
manusia, tanpa cinta hidup jadi tiada rasa. Karena Allah menciptakan manusia
satu paket dengan rasa cinta, cinta akan hawa nafsu ataupun cinta akan
keimanan. Termasuk hikmah dari diciptakan ilmu bagi manusia adalah untuk
memanage cinta yang benar, tanpa ilmu maka cinta yang muncul hanya cinta akan
hawa nafsu seperti layaknya hewan.
لول العلم الانسان كالبهاءم
“Kalau bukan karena ilmu manusia itu hanyalah seperti binatang”
Maka
kita sebagai manusia harus mampu dan tau bagaimana memanage cinta kita. Terutama
bagi kita umat islam harus benar dalam bercinta. Cinta bagi kita yang paling
utama adalah cinta kepada sang pencipta kita dan utusan-Nya yaitu Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam. Karena cinta kepada Allah dan rosul Nya adalah bagian dari
konsekuensi keimanan kita, konsekuensi dari makna Syahadatain. Bagaimana
bisa kita mengimani secara sempurna tanpa ada rasa cinta. Dengan cinta maka
kita akan berkorban untuk-Nya sehingga keimanan kita akan meningkat seiring
dengan rasa cinta dan pengorbanan kita.
Lantas
bentuk pengorbanan seperti apakah yang harus kita lakukan demi membuktikan
cinta dalam peningkatan iman kita? Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat
31:
قل ان كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفرلكم ذنوبكم
“Katakanlah jika kalian mencintai Allah,
ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai
kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian”.
Dari
ayat di atas menunjukan bahwa bentuk pengorbanan demi pembuktian cinta kita kepada
Allah adalah dengan mengikuti jalan Rasulullah. Para ulama menyebutkan bahwa
ayat ini sebagai ikhtibar (ujian) bagi orang-orang yang mengaku cinta kepada
Allah. Imam Asy Syuthi berkata dalam tafsirnya yang diriwayatkan oleh Al Hassan
bin Abil Hassan dan Ibnu Jurraj mengatakan bahwa ayat ini turun berkaitan
dengan banyaknya kaum yang berkata bahwa mereka mencintai Rasulullah, kemudian
Allah menurunkan ayat ini sebagai perintah untuk mengikiuti jalan Rasul sebagai
bukti atas kecintaan mereka terhadap beliau Shalallahu Alaihi Wassalam. Kemudian
dalam kitab Jami’ al ahkam al qur’an lil qurthubi, menurut Muhammad bin
Ja’far bin Az Zubair ayat ini turun berkenaan dengan perkataan orang-orang
nasrani tentang klaim mereka terhadap nabi Isa sebagai bukti cinta mereka
kepada Allah yang termaktub dalam surat al maidah:18, “kami adalah anak-anak
Allah dan kekasih-kekasih Allah”. Maka Allah menjawabnya dengan ayat ini
sebagai bantahan atas klaim-klaim mereka.
Imam
ibnu Katsir dalam kitabnya menafsirkan ayat ini sebagai hakim pemutus perkara
atas semua orang yang mengaku cinta kepada Allah dan Rasul Nya tapi tidak
berjalan di atas manhaj Rasulullah. Maka sungguh ia telah berdusta terhadap
perkataannya sendiri sampai ia mau mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah. Senada
dengan hal itu Syaikhul islam ibnu Taimiyah berkata tentang ayat tersebut bahwa
bagi siapapun yang mengaku cinta kepada Allah tanpa ittiba’
Rasulullah maka dia termasuk orang yang dusta (munafiq terhadap perkataannya)
karena ia hanya berkata tapi tanpa disertai bukti sebagai pengorbanan ia
terhadap yang ia cintai yakni mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassalam.
Maka
dari itu kita sebagai orang islam yang beriman dan mengaku cinta kepada Allah haruslah membuktikannya dengan
tindakan yang nyata sebagai bentuk pengorbanan kita, yakni dengan menjalankan
perintah Allah dan berjalan di atas manhaj Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassalam. Walaupun berat dan susah pengorbanan tersebut, jika kita benar
tulus dan ikhlas dalam bercinta maka rasa berat dan susah dalam pengorbanan
tersebut akan jadi ringan dan mudah untuk dikerjakan. Wallahua’lam
oleh: Azhar Nurachman
No comments:
Post a Comment