Tuesday 12 February 2013

Cinta Hakiki Butuh Pengorbanan


(tafsir surat Ali Imron : 31)

Bicara soal cinta bukan suatu hal yang asing bagi kita terutama kaula muda yang sedang semangat-semangatnya mencari jodoh. Cinta adalah bagian penting dalam kehidupan manusia, tanpa cinta hidup jadi tiada rasa. Karena Allah menciptakan manusia satu paket dengan rasa cinta, cinta akan hawa nafsu ataupun cinta akan keimanan. Termasuk hikmah dari diciptakan ilmu bagi manusia adalah untuk memanage cinta yang benar, tanpa ilmu maka cinta yang muncul hanya cinta akan hawa nafsu seperti layaknya hewan.

لول العلم الانسان كالبهاءم
“Kalau bukan karena ilmu manusia itu hanyalah seperti binatang”

Maka kita sebagai manusia harus mampu dan tau bagaimana memanage cinta kita. Terutama bagi kita umat islam harus benar dalam bercinta. Cinta bagi kita yang paling utama adalah cinta kepada sang pencipta kita dan utusan-Nya yaitu Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Karena cinta kepada Allah dan rosul Nya adalah bagian dari konsekuensi keimanan kita, konsekuensi dari makna Syahadatain. Bagaimana bisa kita mengimani secara sempurna tanpa ada rasa cinta. Dengan cinta maka kita akan berkorban untuk-Nya sehingga keimanan kita akan meningkat seiring dengan rasa cinta dan pengorbanan kita. 

Lantas bentuk pengorbanan seperti apakah yang harus kita lakukan demi membuktikan cinta dalam peningkatan iman kita? Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31:

قل ان كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفرلكم ذنوبكم
“Katakanlah jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai  kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian”.

Dari ayat di atas menunjukan bahwa bentuk pengorbanan demi pembuktian cinta kita kepada Allah adalah dengan mengikuti jalan Rasulullah. Para ulama menyebutkan bahwa ayat ini sebagai ikhtibar (ujian) bagi orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah. Imam Asy Syuthi berkata dalam tafsirnya yang diriwayatkan oleh Al Hassan bin Abil Hassan dan Ibnu Jurraj mengatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan banyaknya kaum yang berkata bahwa mereka mencintai Rasulullah, kemudian Allah menurunkan ayat ini sebagai perintah untuk mengikiuti jalan Rasul sebagai bukti atas kecintaan mereka terhadap beliau Shalallahu Alaihi Wassalam. Kemudian dalam kitab Jami’ al ahkam al qur’an lil qurthubi, menurut Muhammad bin Ja’far bin Az Zubair ayat ini turun berkenaan dengan perkataan orang-orang nasrani tentang klaim mereka terhadap nabi Isa sebagai bukti cinta mereka kepada Allah yang termaktub dalam surat al maidah:18, “kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih Allah”. Maka Allah menjawabnya dengan ayat ini sebagai bantahan atas klaim-klaim mereka.

Imam ibnu Katsir dalam kitabnya menafsirkan ayat ini sebagai hakim pemutus perkara atas semua orang yang mengaku cinta kepada Allah dan Rasul Nya tapi tidak berjalan di atas manhaj Rasulullah. Maka sungguh ia telah berdusta terhadap perkataannya sendiri sampai ia mau mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah. Senada dengan hal itu Syaikhul islam ibnu Taimiyah berkata tentang ayat tersebut bahwa bagi siapapun yang mengaku cinta kepada Allah tanpa ittiba’ Rasulullah maka dia termasuk orang yang dusta (munafiq terhadap perkataannya) karena ia hanya berkata tapi tanpa disertai bukti sebagai pengorbanan ia terhadap yang ia cintai yakni mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. 

Maka dari itu kita sebagai orang islam yang beriman dan mengaku cinta  kepada Allah haruslah membuktikannya dengan tindakan yang nyata sebagai bentuk pengorbanan kita, yakni dengan menjalankan perintah Allah dan berjalan di atas manhaj Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Walaupun berat dan susah pengorbanan tersebut, jika kita benar tulus dan ikhlas dalam bercinta maka rasa berat dan susah dalam pengorbanan tersebut akan jadi ringan dan mudah untuk dikerjakan. Wallahua’lam

oleh: Azhar Nurachman

No comments:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube